Pages

Sabtu, 10 Mei 2014

INDEKS HARGA DAN INFLASI

Indeks Harga
    Perbandingan perubahan waktu tertentu dengan tahun dasar.
Indeks harga biasa di gunakan untuk mengetahui ukuran perubahan variabel-variabel ekonomi sebagai barometer keadaan perekonomian, memberi gambaran yang tepat mengenai kecendrungan perdagangan dan kemakmuran.
Inflasi adalah sesuatu yang kita hadapi setiap hari. Ketika kita ke pasar dan merasakan perbedaan harga kemarin dan hari ini, maka itulah inflasi.
Kita juga menyadari kehadiran inflasi ketika hendak membayar uang sekolah dan sadar bahwa uang sekolah kita lebih mahal dibandingkan beberapa tahun yang lalu.
Indeks Harga Konsumen
è    Angka yang menggambarkan perbandingan perubahan harga barang dan jasa yang dihitung dianggap mewakili belanja konsumen, kelompok barang yang dihitung bisa berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual masyarakat.
Laju Inflasi di Indonesia (%)
No.
Jenis Inflasi
Persentase
1
Inflasi ringan (creeping inflation)
di bawah 10% setahun
2
Inflasi sedang
10% - 30% setahun
3
Inflasi berat
30% - 100% setahun
4
Hiperinflasi (hyperinflation)
di atas 100% setahun
Jenis-jenis Inflasi


Asal terjadinya Inflasi
Ø    Luar Negeri (Imported Inflation)
   Inflasi ini terjadi akibat adanya kenaikan harga di luar negeri yang menyebabkan kenaikan harga di dalam negeri. Inflasi semacam ini biasanya dialami negara-negara berkembang yang sebagian bahan bakunya berasal dari luar negeri. Inflasi semacam ini terjadi karena adanya aktivitas perdagangan internasional yang melibatkan dua negara atau lebih.
Ø    Dalam Negeri (Domestic Inflation)
   Inflasi ini semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor dalam negeri, antara lain :
·    Terjadi defisit anggaran secara terus menerus.
·    Terjadi gagal panen.
·    Kredit untuk keperluan produksi dibatasi.
Penyebab Inflasi
·    Penjelasan klasik mengenai terjadinya inflasi adalah masuknya uang terlalu banyak ke masyarakat sehingga masyarakat semakin ingin membelanjakan uang mereka.
·    Secara umum, ada tiga hal yang dapat menjelaskan mengapa inflasi dapat terjadi, yaitu karena permintaan yang meningkat (demand-pull inflation), kenaikan biaya produksi (cost push inflation), dan ekspektasi masyarakat (expectation).
Kenaikan Permintaan
      Inflasi terjadi karena permintaan masyarakat terhadap berbagai barang lebih besar daripada penawaran barang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
      Supaya keseimbangan terjadi maka harga barang naik.
      Inflasi karena kenaikan permintaan ini disebut sebagai demand-pull inflation.
      Meningkatnya anggaran belanja negara dan ekspansi bisnis juga dapat meningkatkan permintaan barang secara keseluruhan.
      Inflasi juga dapat terjadi jika pajak diturunkan atau konsumen enggan menabung dan suka membeli barang lebih banyak.
Kenaikan Harga Produksi
      Kenaikan biaya produksi dapat juga menyebabkan inflasi, yang sering disebut dengan cost-push inflation.
      Kenaikan harga-harga faktor produksi yang menyebabkan kenaikan biaya produksi, mendorong produsen untuk menaikkan harga jual di setiap titik produksinya. Kenaikan harga jual ini akan mengakibatkan keseimbangan pasar berubah, di mana harga sekarang menjadi lebih mahal dibandingkan keseimbangan sebelumnya.
Ekspektasi Masyarakat
      Apa yang masyarakat prediksikan di masa yang akan datang ternyata berpengaruh terhadap keputusannya sekarang.
      Misalkan sebuah perusahaan berekspektasi bahwa perusahaan pesaingnya akan menaikkan harga sebesar 5 persen, maka perusahaan tersebut kemungkinan besar akan meningkatkan harga barangnya sebesar 5 persen pula.
      Ketika terjadi kenaikan harga,masyarakat akan terus bereskspektasi bahwa harga akan terus naik.
Membandingkan laju Inflasi
Untuk membandingkan laju inflasi daat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
      Membandingkan inflasi rata-rata tahunan.
      Membandingkan inflasi bulan ini dengan bulan yang sama tahun lalu.
      Membandingkan inflasi bulan ini dengan bulan yang lalu.
Cara mengatasi Inflasi
      Kebijakan Moneter
      Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah di bidang keuangan (melalui bank sentral) untuk mengatur jumlah uang yang beredar agar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu perekonomian.
Bentuk Kebijakan Moneter:
1.      Penetapan Cadangan Minimum (Reserve Requirement Policy). Bank sentral mewajibkan bank umum untuk menaruh sejumlah dananya di bank sentral. Bila bank sentral ingin memperkecil jumlah uang yang beredar di masyarakat, bank sentral bisa menaikkan tingkat cadangan minimum  yang harus dipenuhi oleh bank umum. Dengan demikian, dana yang dapat disalurkan oleh bank umum semakin kecil, sehingga uang yang beredar di masyarakat semakin sedikit.
2.      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation). Bank sentral melakukan intervensi di pasar uang melalui operasi pasar terbuka, antara lain dilakukan dengan menjual berbagai surat berharga seperti obligasi,SBI, dan SPBU.
3.      Kebijakan Diskonto (Discount Policy). Sebagai the lender of last resort, bank sentral dapat memijamkan dananya kepada bank umum yang mengalami kesulitan likuiditas, dengan mengenakan tingkat bunga (discount rate) tertentu. Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menaikkan tingkat bunga peminjaman yang dikenakan kepada bank umum. Sebagai akibatnya, bank umum akan mengurangi pinjaman uangnya kepada bank sentral sehingga uang yang beredar semakin sedikit.
      Kebijakan Fiskal
      Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dan perpajakan.
Bentuk Kebijakan Fiskal:
1.      Menurunkan pengeluaran pemerintah. Pengurangan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan berkurangnya permintaan barang dan jasa. Pada saat permintaan tersebut berkurang, maka jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang yang pada akhirnya akan menekan tingkat inflasi.
2.      Menaikkan pajak. Kebijakan pemerintah menaikkan pajak akan mengurangi pendapatan masyarakat yang dapat dibelanjakan (disposable income). Turunnya pendapatan masyarakat ini akan mendorong masyarakat untuk mengurangi permintaan konsumsinya. Pada akhirnya, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang dan inflasi dapat diturunkan
      Kebijakan Non Moneter atau Kebijaka Riil
      Kebijakan riil merupakan kebijakan di luar kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Bentuk Kebijakan Riil :
1.      Menaikkan hasil produksi. Inflasi terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Permintaan akan barang terjadi lebih besar dibandingkan dengan penawaran sehingga harga naik. Bila produksi dapat ditingkatkan, maka permintaan masyarakat akan dapat dipenuhi sehingga pada akhirnya tidak terjadi inflasi.
2.      Mengendalikan harga. Agar harga tidak naik, pemerintah dapat mengendalikan harga dengan cara pengawasan. Pemerintah akan menetapkan harga tertinggi yang boleh ditetapkan pengusaha. Bila hal ini dilanggar, maka pemerintah akan mengambil tindakan.
Dampak Inflasi
1.      Pemilik Pendapatan Tetap dan Tidak Tetap. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan karena uangnya tidak cukup untuk mencukupi kebutuhannya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
2.      Para Penabung. Inflasi menyebabkan orang enggan menabung karena nilai mata uang semakin menurun.
3.      Debitur dan Kreditur. Bagi orang yang pinjam  uang ke bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena  pada saat pembayaran hutang kepada kreditur,  nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya , kreditur akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian pinjaman lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
4.      Produsen. Inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Indeks Harga
      Angka indeks adalah perbandingan antara dua angka pada periode waktu yang berbeda. Angka indeks diperlukan untuk menghitung indeks harga.
      Untuk menentukan indeks harga, kita dapat menggunakan dua metode, yaitu indeks harga tidak tertimbang dan indeks harga tertimbang.
Indeks Harga tak Tertimbang
      Indeks menurut metode ini merupakan rasio antara penjumlahan harga-harga komoditi dalam satu kelompok pada tahun ke-n dengan penjumlahan harga-harga komoditi dalam kelompok tersebut pada tahun dasar.
      Rumusnya adalah sebagai berikut :


      Di mana :
            IA        =          indeks harga pada tahun ke-n menurut metode agregatif
            Pn        =          harga tahun tertentu
            Po        =          harga tahun dasar
           
Indeks Harga Tertimbang
      Indeks Laspeyres. Metode ini menggunakan jumlah (kuantitas) barang pada tahun dasar sebagai timbangan terhadap harga, yakni jumlah barang pada tahun dasar dikalikan dengan harga barang pada tahun dasar dan tahun tertentu.
      Rumus Indeks Laspeyres adalah sebagai berikut :


Perhitungan Inflasi dari Indeks Harga
      Indeks harga merupakan dasar yang digunakan dalam menentukan besarnya inflasi. Bila kita perhatikan kembali, segala kenaikan besarnya indeks harga dibandingkan dengan tahun dasar, itu berarti telah terjadi inflasi.
      Pada kenyataannya,penghitungan inflasi tidak hanya dihitung berdasarkan perubahan harga satu atau dua barang saja. Seringkali inflasi dihitung melalui perubahan indeks harga barang dan jasa yang sering dipakai dalam sebuah rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. Indeks ini sering disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
      Jenis barang dan jasa yang dihitung indeks harganya, antara lain dikelompokkan menjadi :
            a.  Bahan makanan
            b.  Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
            c.  Perumahan
            d.  Kesehatan
            e.  Pendidikan, rekreasi, dan olahraga
            f.  Transpportasi dan komunikasi
Dari besarnya Indeks Harga Konsumen (IHK) yang telah didapat, maka besarnya inflasi dapat diperoleh melalui rumus di bawah ini.