Pages

Selasa, 04 Februari 2014

Ketentuan Umum Bilangan Oksidasi

Ini adalah dasar penentuan bilangan oksidasi, yang dipelajari dalam SMA kelas X semester 2



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFpsxhs52d1MZV5QKofzgJl8mQEv8SboCzFt7kPzmeR5HUtaZr0kdnel92lw_KNvTyjzesBMVOSiJIHjjkl5VfbOd3h3hkWmkhHliQSW0G27m_kJqSHKgS-nQIrzJFlwq4-zblECH4TEPE/s1600/ab1.bmpBilangan oksidasi adalah angka yang menunjukkan jumlah elektron suatu atom yang dilepaskan atau diterima atom dalam senyawa, dimana senyawa tersebut terbentuk melalui ikatan ionik. Tanda (+) dan (-) pada biloks ditulis sebelum angkanya misalnya +2, sedangkan pada muatan ditulis sesudah angkanya, misalnya 2+.

 Cara menentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam ion atau senyawanya mengikuti aturan-aturan sebagai berikut :





a. Bilangan oksidasi unsur bebas ( atom atau molekul unsur) adalah 0 (nol).
Contoh: Ne, H2, O2,Cl2,P4,C,Cu,Fe dan Na.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw3_ox5sMyz_6q_Wt3NZe_S6e48rm7-u7xSL28UDa4X_0t_psnyGdIx0YLvdSGU2vu_UWH9nZ_007aTBqwPZR3ZoBXAnoR0JiF6HEbmUHnZsNkQkZjyJvmqyiP4vg55y-o0ISuPWGkKdI/s1600/bo1.jpg
b.  Bilangan oksidasi ion monoatom dan poliatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh : untuk ion monoatom Na+, Ca2+, dan Cl- memiliki bilangan oksidasi berturut-turut +1,+2 dan -1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXUXHaOKJxbrdsCH7qEUcl5DYEp4IubbmZBCVvQHbiS_r5iuJStpHaAH4NwBlrLzQBUdrZHuwPe_enCnAz7jCMotUwnaczgDtW2DmjnFXJY9rOMvIlX-wMncjtdIXQFx7w6LexVqCWcXQ/s1600/bo2a.jpg
Contoh : untuk ion poliatom NH4+, SO42-, dan PO43- memiliki bilangan oksidasi berturut-turut +1, -2, dan -3.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3IO3m2Nc3uXsVubAXvLHGAsU02AGh_-yZX2WU-nZ2qBDV4bHukDwBztpABfqRF9WUPVbRj2hcKTkkNy-4kxchSjYSO-KVpvezcaYvicQla1NtszeusCiJNQz4HK6uyzAw-il_P1OXVx8/s1600/bo2b.jpg
c.  Bilangan oksidasi unsur golongan IA adalah +1 dan unsur golongan IIA adalah +2. Misalnya, bilangan oksidasi unsur Na pada senyawa NaCl, Na2SO4, dan Na2O adalah +1. Bilangan oksidasi unsur Ca pada senyawa CaCl2, CaSO4, dan CaO adalah +2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidFVr5bQ-R_kjb-8n1r5p0WBifwjUF2Ml8-IcbGImK5B-ksae0F4avvbcmXgoe21u5BMalr5kPUkMEvr-ezaxQ6n26Uk9pxrJvD5I15f_MF1wF9rNBtT6xF3zoXveOPkFavX48GVQxWSM/s400/bo3.jpg
d. Bilangan oksidasi unsur golongan VIA pada senyawa biner adalah -2 dan unsur golongan VIIA  pada senyawa biner adalah -1. Misalnya, bilangan oksidasi unsur S pada Na2S dan MgS adalah -2. Bilangan oksidasi unsur Cl pada NaCl, KCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgioDuKG6A8PGayHOuy_isyeP2vxfx_fMBVg54RNAMl5431NZLozBpj3E89h9qfnMKFxAB7iZliGtKtCerXLmIHFwmlIMe0X7iDChGeuAZ93VrpEjbEv-X5W6HXrIzwTXOnJA10bJzxDRg/s400/bo4.jpg
e.  Bilangan oksidasi unsur H pada senyawanya adalah +1. Misalnya, bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3 adalah +1. Bilangan oksidasi unsur H pada senyawa hidrida adalah -1. Misalnya, bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH2, dan AlH3 adalah -1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP2NDQWjJxxHa8fnEljIduoHcnTHtCAFwwdH7xCm98tmE1Ym9ZuGGL2LhcImtILTGiBRwAw4WstjOJYii5fjgbgPnoW5aFzWFTY3ds6KaC3c4H78VPDgmq5S_NaohF-fqMQbnJFyYNlFs/s400/bo5.jpg
f.  Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya adalah -2, kecuali pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasi unsur O-nya adalah +2. Bilangan oksidasi unsur O pada senyawa peroksida, seperti H2O2 dan BaO2 adalah -1. Dalam senyawa superoksida bilangan oksidasinya adalah -1/2, seperti pada KO2 dan NaO2
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX3QZbnAebH_mISVK3HMFGHqIsQUBsNMJ1Pz-TFDEjz4wUzFZUM5yQK0wppYsDmPc8sOpyivf73_PjGvue7epqEYEgl7SkJDLl4glykMSyzJwXGmdftzcqzeWGmHSuDkcvjqVnIezv2B0/s1600/bo6.jpg
g. Jumlah bilangan oksidasi untuk semua atom unsur dalam molekul atau senyawa adalah 0. Jumlah bilangan oksidasi untuk atom atau unsur pembentuk ion poliatom sama dengan muatan ion poliatomnya. Misalnya, ion NH4+ mempunyai jumlah bilangan oksidasi unsur N adalah -3 dan H adalah +1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCqbASLGtXI39glJdltuDYZz1_YXsMOQU6egH6KWcbJ9JYk84Y5v-UT_A3oiNhKzSpp87BNVGW_xAu-QN6NGciJnlo2U8_Nv2m4ZqwHzPCR6JyM-BXtOCO8-NnCRk0x4BIy7FY-YP4b6I/s400/bo7fix.jpg
Molekul NaCl terdiri dari atom Na dan atom Cl. Jumlah biloks senyawanya adalah 0, sedangkan biloks Na adalah +1 sehingga biloks Cl dapat dicari dengan rumus : 
biloks Na + biloks Cl         = 0
         +1        + biloks Cl     = 0
                        Biloks Cl      = -1
Molekul V2O3 terdiri dari 2 atom V dan 3 atom O. Jumlah biloks molekul tersebut adalah 0, biloks O adalah -2 sehingga biloks V dapat dicari dengan rumus : 
2(biloks V) + 3(biloks O)       = 0
         2(biloks V) + 3(-2)         = 0
                 2(biloks V)              = +6
                  Biloks V                 = +3
Molekul NH4+ terdiri dari atom N dan 4 atom H. Jumlah biloks unsur pembentuk ion poliatom tersebut adalah +1, biloks H adalah +1 sehingga biloks N dapat dicari dengan rumus :
(biloks N) + 4(biloks H)       = 0
           (biloks N) + 4(+1)      = +1
            Biloks N                     = -3
kami tunggu kreksi dari teman- teman sekalain , makasih semoga bermanfaat

Selengkapnya...

Kehidupan Masyarakat Prasejarah di Indonesia



Ini merupakan  ringkasan dari pelajaran SEJARAH kelas X semester II Bab 1, semoga dapat mambawa manfaat bagi kita semua:

sejarah terbentuknya bumi ini sangat panjang. pada mulanya bumi berbentuk gumpalan gas yang terus- menerus berputar dan akhirnya membentuk bola yanga padat. bumi berumur kurang lebih 2.500 juta tahun. sebelum didiami mahluk hidup, bumi berproses secara perlahan lahan.



A.    KEADAAN ALAM DAN PESEBARAN BINATANG SERTA MANUSIA PURBA INDONESIA
Berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi) waktu sejak mulai terjadinya bumi sampai sekarang, dapat dibagi menjadi beberapa zaman sebagai berikut :
Archaeikum atau Azoikum.
Paleozoikum (zaman kehidupan tua).
Mesozoikum (zaman kehidupan pertengahan).
Neozoikum atau kainozoikum (zaman kehidupan baru) berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Zaman neozoikum ini dibagi atas dua zaman yaitu :
Zaman Tersier (zaman ke tiga).
Zaman Kwarter ( zaman ke empat).

C.    MANUSIA PURBA INDONESIA

Dalam hal penemuan manusia purba, Indonesia menempati posisi yang penting, sebab fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia berasal dari semua kala Plestosen. Sehingga nampak jelas perkembangan fisik manusia purba tersebut. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia dari yang tertua adalah sebagai berikut :
Meganthropus Paleojavanicus (Manusia Raksasa dari Jawa Purba)
Pithecanthropus (Manusia Kera)
Macam-macam Pithecanthropus sebagai berikut :
a.    Pithecanthropus Mojokertensis.
b.    Pithecanthropus Robustus (Manusia kera yang kuat)
c.    Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berdiri tegak)
d.    Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)
Homo Wajakensis (Manusia Purba dari Wajak)


PERIODISASI KEHIDUPAN MASYARAKAT AWAL DI INDONESIA

Kehidupan masyarakat awal di Indonesia sebelum mengenal tulisan pengaruh Hindu-Budha disebut dengan Zaman Prasejarah. Kehidupan masyarakat awal tersebut dibagi dalam periodisasi sebagai berikut :

1.    Zaman Batu, dibagi menjadi:
a.    Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
b.    Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
c.    Zaman Batu Muda (Neolitikum)
2.    Zaman Logam, dibagi menjadi:
a.    Zaman tembaga
b.    Zaman Perunggu
c.    Zaman Besi



A.    ZAMAN BATU

Zaman Batu Tua (Paleolithikum)

a.    Peninggalan Budaya

Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.

b.    Manusia Pendukung

Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
c.    Kehidupan Sosial

Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).


Ringkasan Kebudayaan Paleolithikum

Hasil Kebudayaan    Cara Hidup    Pendukung      
-    Kebudayaan Pacitan
-    Kapak Genggam
-    Kapak Perimbas
-    Alat serpih (Flake)
-    Kebudayaan Ngandong
-    Kapak Genggam
-    Alat-alat tulang dan tanduk rusa
-    Alat serpih (Flake)  
  -    Berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gayhering)
-    Berpindah-pindah (Nomaden)   
 -    Pithecanthropus Erectus
-    Homo Soloensis
-    Hommo Wajakensis   


zaman Batu Madya (Mesolithikum)

a.    Hasil Kebudayaan

Alat-alat batu dari zaman batu tua pada zaman batu madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan, sehingga memunculkan corak tersendiri. Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah.


a)    Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)

Banyak alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ditemukan di abri sous roche. Penelitian pertama terhadap abri sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur dari tahun 1928 sampai 1931. Alat-alat mesolithik yang ditemukan dari gua tersebut adalah : alat-alat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Bersamaan dengan alat-alat dari Sampung ini, ditemukan pula fosil manusia Papua – Melanesoide.

b)    Kebudayaan TOALA (Flake Culture)

Penelitian di gua-gua di Lumancong, yang masih didiami oleh suku bangsa Toala, berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Van Stein Callenfels memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.

c)    Kebudayaan Kapak Genggam Sumatera (Peble Culture)

Di sepanjang pesisir Sumatera Timur Laut, antara Langsa (Aceh) dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter. Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang ini disebut Kjokkenmoddinger (sampah dapur). Bersama-sama Kjokkenmoddinger ini, Van Stein Callenfels pada tahun 1925, juga menemukan :
peble (kapak genggam Sumatera)
hache courte (kapak pendek)
batu-batu penggiling
alu dan lesung batu
pisau batu, dan sebagainya
Bone Culture terutama di abri sous roche
Mesolithikum    Flake Culture
Pebble Culture    terutama di Kjokkenmoddinger

b.    Manusia Pendukung

Pendukung kebudayaan mesolithikum adalah manusia dari ras Papua – melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras papua melanesoid baik pada kebudayaan Tulang Sampung maupun di bukit-bukit kerang di Sumatera. Sedangkan pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan adalah nenek moyang orang Toala sekarang yang merupakan keturunan orang Wedda dari Srilangka (Ras Weddoid).

c.    Kehidupan Sosial

Sebagian manusia pendukung kebudayaan mesolithikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan tetapi sebagian sudah mulai bertempat tinggal menetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Adapula pendukung kebudayaan zaman batu madya yang hidup di pesisir. Mereka hidup dengan menangkap ikan, siput dan kerang.

d.    Seni Lukis

Penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya dilakukan oleh C.H.M. Heeren Palm pada tahun 1950 di Leang Patta E. Menurut Van Heekeren gambar babi hutan di gua Leang-leang di Sulawesi Selatan berumur sekitar 4000 tahun.

e.    Kepercayaan

Masyarakat Mesolithikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan gambar nenek moyang dan dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat. Demikian halnya gambar kadal di wilayah tersebut, dianggap sebagai penjelmaan nenek moyang atau kepala suku sebagai lambang kekuatan magis.

Ringkasan Kebudayaan Mesolithikum

Hasil kebudayaan    Cara Hidup    Pendukung      
-    Kapak genggam Sumatera (pebble Culture)
-    Alat-alat tulang dan tanduk (Bone Culture)
-    Alat-alat serpih (flakes)
-    Kapak pendek (Hache courte)
-    Gerabah
-    Lukisan dinding gua    -    Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
-    Mulai bercocok tanam secara sederhana
-    Sebagian masih nomaden, sebagian sudah mulai menetap bertempat tinggal di gua-gua
-    Sebagian hidup di pesisir menangkap ikan dan kerang    Papua Melanesoid, nenek moyang dari suku:
-    Papua
-    Sakai (Siak)
-    Semang (Malaysia)
-    Atca (Filipina
-    Aborigin (Australia)   


Zaman Batu Muda (Neolithikum)

a.    Hasil kebudayaan

Alat-alat batu yang dipergunakan pada zaman batu muda sudah sangat halus pembuatannya, karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, kebudayaan zaman batu muda di Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong.

b.    Manusia Pendukung

Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada zaman Neolithikum bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Mereka adalah dari ras proto-melayu (Melayu - Tua) yang datang ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM. Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan Perahu Bercadik. Sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah Papua Melanesoide.

c.    Kehidupan Sosial Budaya

Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada zaman batu muda. Perubahan tersebut  dikenal dengan nama Revolusi Neolithik yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing), dari kehidupan berpindah-pindah (nomaden) menjadi kehidupan menetap.

d.    Kepercayaan

Masyarakat zaman Neolithikum mempercayai adanya kekuatan “diluar” kekuatan manusia. Kepercayaan mereka dikenal dengan sebutan Animisme yaitu kepercayaan tentang adanya ruh-ruh yang memiliki kekuatan di alam gaib. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan dari ruh.

Kehidupan Zaman Neolithikum

Hasil Kebudayaan    Cara Hidup    Manusia Pendukung      
-    Kapak persegi
-    Kapak Lonjong
-    Kapak bahu
-    Gerabah
-    Perhiasan (gelang dan manik-manik)
-    Alat pemukul kulit kayu    -    Revolusi Neolitik
-    Hidup menetap bertempat tinggal di rumah-rumah sederhana / mulai mem-bentuk perkampungan
-    Hidup dengan bercocok tanam dan berternak
-    Menggunakan bahasa Melayu-Polinesia (Austronesia)    -    Indonesia Barat
Proto Melayu 2000 SM nenek moyang dari suku bangsa : Nias, Toraja, Sasak, Batak
-    Indonesia Timur
Papua Melanesoide   

Megalithikum

Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan Megalithikum muncul pada zaman neolithikum dan berkembang luas pada zaman logam. Adapun hasil-hasil terpenting dari kebudayaan megalithikum adalah :
1.    Menhir
2.    Dolmen
3.    Sarkofagus
4.    Kubur peti batu
5.    Waruga
6.    Punden Berundak
7.    Arca.

B.    ZAMAN LOGAM (ZAMAN PERUNGGU)

Pada zaman logam ini penduduk Indonesia telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan Perunggu di Asia Tenggara yang menyebar ke Indonesia sekitar tahun 500 SM.

a.    Hasil-hasil kebudayaan
    Pada zaman logam manusia sudah mampu melebur dan mengolah logam menjadi alat-alat untuk keperluan sehari-hari atau alat upacara. Hasil-hasil kebudayaan dari zaman logam diantaranya sebagai berikut :
1.    Kapak Corong
2.    Nekara
3.    Bejana Perunggu
4.    Arca-arca
5.    Benda-benda perunggu lain
6.    Benda-benda besi
7.    Gerabah

b.    Teknologi
Benda-benda perunggu yang ditemukan dari zaman logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik, yaitu :

1. Teknik Bivalve (Setangkap)

     2. Teknik a cire perdue (cetakan lilin)
  
 c. Manusia pendukung

Pendukung utama kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara Daratan. Mereka adalah penduduk Deutro Melayu (Melayu Muda) dengan membawa kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara.

d.    Kehidupan sosial budaya

Pada zaman logam manusia di Indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah dan tepi pantai. Mereka hidup dalam perkampungan-perkampungan yang makin teratur dan terpimpin. Bukti-bukti sisa tempat kediaman mereka ditemukan di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumbawa, Sumba dan di beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

e.    Pelayaran

Pengetahuan manusia pada zaman logam dalam berbagai bidang meningkat pesat. Ilmu tentang perbintangan (astronomi) dan iklim telah dikuasai untuk mengatur kegiatan pertanian dan pelayaran. Hornell menyimpulkan bahwa perahu bercadik atau perahu bersayap adalah perahu khusus dari Indonesia.
Selengkapnya...